PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH FILOLOGI JAWA II DENGAN IMPLEMENTASI LESSON STUDY


A.    Latar Belakang Masalah

Filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitiannya adalah manuskrip atau naskah-naskah lama (Djamaris, 2002: 3). Termasuk di dalamnya manuskrip Jawa yang jumlahnya cukup besar. Manuskrip Jawa di dunia tercatat berjumlah kurang lebih 19.000 buah (Chambert Loir dan Oman, 1999), dan kini tersebar di 125 buah institusi di 22 buah negara (Ding, 2005). Oleh karena itu, filologi menjadi cukup penting untuk diajarkan di Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa mengingat jumlah manuskrip Jawa yang cukup besar, dan filologi merupakan pisau yang dapat menjadi alat untuk membedah manuskrip-manuskrip tersebut. Manuskrip Jawa sebagai objek penelitian filologi, merupakan warisan budaya yang dituliskan oleh nenek moyang bangsa Jawa yang ditulis dengan menggunakan aksara daerah dengan bahan-bahan tradisional yang ada pada masa itu. Aksara daerah yang digunakan dalam manuskrip Jawa adalah aksara Jawa dan Pegon. Contoh manuskrip dapat dilihat dalam gambar berikut ini.



Gambar 1: Contoh Manuskrip Jawa
 
 


Manuskrip Jawa mempunyai isi yang menggambarkan kearifan lokal, sistem pengetahuan, ilmu dan ngelmu yang merupakan hasil pemahaman masyarakat pada waktu itu terhadap alam. Mengingat pentingnya pengkajian suatu manuskrip, maka diperlukan pembelajaran mata kuliah Filologi Jawa yang berkualitas. Oleh karena itu, diperlukan dosen yang mampu mengajarkan disiplin ilmu tersebut dengan lebih baik dan profesional. Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas dosen adalah melalui program lesson study. Lesson study sebagai praktek pengembangan profesional dipandang lebih berhasil dibandingkan dengan sekedar praktek pembaharuan cara mengajar, perubahan kurikulum, penerapan teknologi baru, dan lain-lain (Ingvarson, Beavis, Uskup, Peck, dan Elsworth dalam Doig dan Droves, 2011: 78). Lesson study memang terbukti efektif karena dosen mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kompetensi profesional dengan cara yang kolaboratif. Dosen juga dapat langsung praktik dan belajar untuk merefleksi proses belajar mengajar. Praktik langsung merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan kemampuan mengajar.
Mengingat efektivitas dan manfaat lesson study bagi pengembangan profesionalisme dosen, maka Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), secara rutin menyelenggarakan lesson study. Untuk tahun anggaran 2015, salah Program Studi (Prodi) di FBS UNY yang menyelenggarakan lesson study adalah Prodi Pendidikan Bahasa Jawa dalam mata kuliah Filologi Jawa II dengan kode PBD 224. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib yang diajarkan mulai tahun 2009. Mata Kuliah Filologi Jawa II merupakan mata kuliah lanjutan Filologi Jawa I, berbobot 2 SKS, dengan rincian 1 SKS teori dan 1 SKS praktek. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib dengan prasyarat mata kuliah Filologi Jawa I. Mata kuliah ini sekaligus prasyarat mata kuliah Filologi Jawa III.
Mata kuliah Filologi Jawa II bertujuan memberikan kompetensi kepada mahasiswa untuk dapat memahami teori mengenai objek filologi secara luas, karakteristik filolologi Jawa dilihat dari pernaskahan dan tekstologinya. Di samping itu juga memahami bahan dan alat tulis naskah Jawa, katalogisasi, perunutan umur naskah dan teks, perbandingan naskah dan teks, serta memahami metode kritik teks. Mata kuliah ini berpusat kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa akan melakukan kegiatan diskusi, presentasi, dan praktik. Pemberian teori melalui ceramah dilakukan untuk memberi pengantar, apersepsi, petunjuk praktik, dan memandu diskusi. Evaluasi dilakukan melalui penilaian presentasi, keaktifan dalam perkuliahan dan diskusi, penilaian praktik, tes tertulis, dan tugas.
Mata kuliah Filologi Jawa II dianggap mata kuliah yang cukup sulit karena memerlukan kompetensi yang kompleks, baik dari dosen maupun mahasiswa. Hal ini dikarenakan sumber belajar merupakan manuskrip yang ditulis dengan menggunakan aksara dan bahasa daerah. Oleh karena itu, mahasiswa harus mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan menerjemahkan teks kuna. Selain itu, mahasiswa juga harus mempunyai kompetensi budaya dan sejarah yang cukup untuk dapat menempatkan suatu teks dalam konteks situasi pada saat manuskrip tersebut ditulis. Selain masalah di atas, hambatan lain yang dihadapi adalah kurang optimalnya perkuliahan yang berlangsung, karena sumber pembelajaran tidak memadai. Hal ini dikarenakan UNY tidak mempunyai koleksi manuskrip tulisan tangan, sehingga selama ini pembelajaran tidak berjalan optimal. Hambatan lain yang dihadapi adalah adanya keragaman input mahasiswa sehingga diperlukan teknik khusus agar tidak ada kesenjangan kompetensi yang berakibat pada kurang optimalnya pembelajaran yang dilakukan.
Berdasarkan uraian masalah yang sudah disampaikan di atas, maka Lesson Study yang diterapkan pada mata kuliah ini bertujuan untuk: (1) membuat rancangan pembelajaran yang lebih baik, mulai dari silabus, RPP, media, lembar kerja mahasiswa, dan lembar evaluasi, (2) meningkatkan hasil belajar mahasiswa, dan (3) meningkatkan kualitas pembelajaran dan respon positif mahasiswa dalam perkuliahan.

B.    Metode

Lesson study dilaksanakan pada mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jawa, kelas E dengan jumlah peserta 22 orang mahasiswa.
Sedangkan tim lesson study Prodi Pendidikan Bahasa Jawa adalah sebagai berikut.
Tim Lesson Study Prodi Pendidikan Bahasa Jawa FBS UNY
No.
Nama
NIP
Jabatan
1.      
Venny Indria Ekowati, M.Litt.
197912172003122003
Dosen Model
2.      
Nurhidayati, M.Hum.
197806102001122002
Pengamat
3.      
Avi Meilawati, M.A.
198305022009122003
Pengamat
4.      
Sri Hertanti Wulan, M.Hum.
198407202010122005
Pengamat
5.      
Afwaz Muhammad Afif
Mahasiswa
Sie Dokumentasi
6.      
Santi Utami Nugroho
Mahasiswa
Sie Dokumentasi

Sumber dan jenis utama data adalah kata-kata dan tindakan mahasiswa. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis oleh dosen pengamat dan juga melalui perekaman video dan foto (Moleong, 2008: 157). Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi, tes, dan kuesioner. Validitas data yang digunakan adalah perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan pemeriksaan sejawat melalui diskusi (Moleong, 2008: 327-333). Analisis data menggunakan teknik deskriptif.
            Lesson study yang diterapkan pada mata kuliah Filologi Jawa II ini menggunakan tiga tahapan yaitu Plan, Do, dan See. Setiap tahapan dihitung satu siklus. Penerapan oleh dosen model dalam kuliah ini dilakukan dalam lima siklus. Plan merupakan tahap perencanaan. Dosen model bersama-sama dengan observer mendiskusikan mengenai rancangan pembelajaran. Hasil revisi kemudian diimplementasikan pada langkah kedua lesson study yaitu Do. Pengamatan dilakukan berdasarkan panduan pengamatan dan dititikberatkan pada aktivitas mahasiswa. Baik aktivitas mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan materi ajar, dan mahasiswa dengan dosen. Tahap ketiga adalah See yang merupakan refleksi dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Dosen model dan pengamat mengemukakan masalah-masalah yang masih ditemui dalam proses pembelajaran, mendiskusikan, kemudian hasil diskusi digunakan sebagai dasar perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya.

C.    Hasil dan Pembahasan

1.     Siklus I
            Plan pada siklus I mencakup dua langkah yaitu: rekonstruksi mata kuliah secara umum dan perencanaan siklus pertama.
Rekonstruksi Mata Kuliah
Peningkatan kualitas pembelajaran melalui lesson study diawali dengan perencanaan pembelajaran yang mantap. Sebelum lesson study diawali, dosen pengampu melakukan rekonstruksi mata kuliah. Rekonstruksi merupakan upaya untuk mengevaluasi mata kuliah secara keseluruhan dengan cara menyesuaikan berbagai hal sebagai upaya peningkatan kualitas perencanaan pembelajaran. Rekonstruksi mata kuliah juga berguna agar sumber pembelajaran serta perkuliahan selalu up to date dan sesuai dengan tuntutan dunia kerja.   
Plan-Do-See
Kegiatan berisi diskusi seputar rencana pembelajaran, meliputi silabus, RPP (media, evaluasi, bahan ajar, dan lain-lain), serta lembar kerja mahasiswa. Dosen model menerangkan secara rinci mengenai deskripsi mata kuliah, silabus, gambaran jalannya perkuliahan, serta alat dan sumber pembelajaran yang akan digunakan dalam proses perkuliahan. Selain itu, dijelaskan pula mengenai deskripsi mahasiswa yang mengikuti perkuliahan. Masukan yang diberikan oleh dosen pengamat antara lain: (1) sebaiknya pembelajaran diformat dalam bentuk kelompok agar interaksi antar mahasiswa lebih baik, (2) kelompok yang efektif maksimal beranggotakan tiga orang, dengan deskripsi tugas yang jelas, (3) evaluasi dilakukan dengan evaluasi proses, dan lain-lain. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan Plan pada siklus I.




Gambar 2: Plan pada Siklus I

















Materi kuliah adalah inventarisasi manuskrip dengan sub materi (1) manfaat katalog, (2) manfaat inventarisasi (3) Pengertian inventarisasi, (4) pengertian studi katalog, (5) manfaat studi katalog, (6) macam-macam katalog naskah Jawa, (7) kategorisasi katalog, (8) pencarian naskah melalui indeks, (10) pencarian informasi melalui katalog, (11) praktik mencari judul suatu naskah melalui indeks, (12) Mahasiswa menyebutkan cara studi katalog dan mencari judul naskah melalui indeks, (13) Mahasiswa menyebutkan informasi-informasi yang didapatkan dalam katalog, dan (14) penugasan kepada mahasiswa untuk mencari katalog yang tersedia secara online. Baik katalog online di dalam maupun luar negeri. Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Evaluasi menggunakan evaluasi proses. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah: Dosen memberikan apersepsi yang dilanjutkan dengan ceramah dan diskusi. Mahasiswa kemudian praktik dengan menggunakan katalog yang sudah disediakan oleh dosen. Evaluasi pemahaman mahasiswa terhadap materi diukur dengan menggunakan lembar kerja mahasiswa yang berupa: (1) Lembar Kerja Inventarisasi melalui Studi Katalog, dan (2) Lembar Kerja Studi Katalog. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan Do pada siklus I.








Berdasarkan diskusi dengan dosen pengamat didapatkan masukan sebagai berikut: (1) perlu dibentuk kelompok dengan anggota lebih kecil agar lebih efektif, (2) sebaiknya media pembelajaran dicek sebelum digunakan karena LCD mati sesudah digunakan selama 25 menit, (3) Mahasiswa perlu diperingatkan agar tidak membawa buku yang tidak terkait langsung dengan pembelajaran, (4) Mahasiswa perlu bimbingan dalam proses tanya jawab kategorisasi karena materi agak sulit, (5) perlu evaluasi mandiri dalam kelompok, (6) Mahasiswa memerlukan lebih banyak contoh yang diperbesar tampilannya dalam LCD dan dirinci agar lebih jelas (7) Mahasiswa perlu diberi arahan lebih lanjut tentang LS agar mahasiswa tidak tegang dan tidak terganggu dengan kehadiran dosen pengamat.
Beberapa hal yang sudah baik juga dikemukanan oleh pengamat, misalnya: (1) Mahasiswa aktif menjawab pertanyaan dosen, (2) interaksi mahasiswa dengan media dan lembar kerja sudah baik, dan (3) interaksi dalam kelompok baik. Masukan dari dosen pengamat kemudian didiskusikan untuk perbaikan pada perkuliahan siklus selanjutnya. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan See pada siklus I.








2.     Siklus II
Plan diisi dengan diskusi dan konfirmasi untuk Do yang kedua. Saran dari dosen pengamat yaitu kelas disetting dalam bentuk kelompok agar mahasiswa dapat berdiskusi jika mengalami kesulitan dalam praktik. Setelah Plan siklus II, dilanjutkan dengan Do. Materi pada Do siklus II ini adalah Deskripsi Naskah. Deskripsi naskah ialah uraian atau deskripsi secara terperinci mengenai keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah, untuk memlilih naskah mana yang baik untuk ditransliterasikan dan digunakan untuk perbandingan naskah itu (Djamaris, 1977: 25). Lebih lanjut Do dibagi menjadi dua kegiatan utama, yaitu pemahaman teori dan praktik. Mahasiswa menerima penjelasan mengenai pengertian, manfaat deskripsi naskah, hal-hal yang perlu dideskripsikan, langkah-langkah, dan pemanfaatan katalog dalam deskripsi naskah. Mahasiswa juga menerima lembar kerja deskripsi naskah yang masih kosong. Mahasiswa menerima penjelasan tentang cara pengisian lembar kerja sesuai dengan kaidah penelitian filologi. Setelah itu dilanjutkan dengan praktik pendeskripsian suatu naskah. Kuliah ditutup dengan pemberian tugas. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan Do pada siklus II.


Hasil pembahasan oleh dosen model dan pengamat, menghasilkan masukan sebagai berikut: (1) beberapa mahasiswa masih berbicara sendiri dengan temannya, sehingga perlu perhatian khusus pada beberapa mahasiswa yang memang tampak kurang konsentrasi, mengobrol di luar topik, dan mengantuk, (2) Perlunya perhatian yang lebih kepada mahasiswa yang belum terlibat dalam kegiatan kelompok, (3) naskah cetak yang dibagikan sebagai media pembelajaran belum digunakan secara optimal dalam pembelajaran (hanya untuk penugasan), (4) Perbaikan setting tempat duduk, karena di salah satu sisi tampak bertumpuk, (5) Lebih diperhatikan pembagian waktu, karena evaluasi belum begitu tampak, karena waktu tersita untuk menerangkan materi yang cukup banyak, dan (6) Mahasiswa sebaiknya lebih banyak memperoleh penugasan kelompok agar interaksi antarmahasiswa lebih intens.
Sedangkan beberapa hal positif yang menjadi sorotan tim pengamat adalah: (1) mahasiswa sudah aktif menanggapi PPT, (2) interaksi siswa dengan objek dan media belajar bagus, (3) Mahasiswa sudah dipandu secara detail oleh dosen, (4) Tanya jawab sudah jelas dan hidup. Dosen memberikan pertanyaan yang memancing konsentrasi siswa, memberikan petunjuk, dan joke-joke untuk membuat mahasiswa lebih bersemangat. Suasana kelas juga dipandang lebih kondusif daripada Do 1. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan See pada siklus II.








Gambar 6: See pada Siklus II













3.     Siklus III
Pembahasan plan mencakup diskusi RPP, lembar kerja, dan rencana jalannya perkuliahan. Kuliah direncanakan akan diselenggarakan di Balai Bahasa Yogyakarta (BBY) karena kuliah ini membutuhkan manuskrip asli tulisan tangan, sedangkan UNY tidak memiliki koleksi manuskrip seperti tersebut di atas. Beberapa hal yang mendapat penekanan dalam diskusi plan antara lain: (1) manajemen waktu, mengingat mahasiswa memerlukan waktu untuk menuju ke BBY, (2) mahasiswa dibagi dalam 2 shift dikarenakan keterbatasan tempat duduk di BBY. (3) Sebelum perkuliahan, dosen harus sudah mempersiapkan naskah yang akan dipinjam oleh mahasiswa serta mengurus segala administrasi dan perijinan dengan pihak BBY.
Do yang diamati oleh dosen pengamat mengambil shift yang kedua. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah: (1) Mahasiswa menerima keterangan dari dosen tentang tata tertib peminjaman dan cara memperlakukan manuskrip. Mengingat manuskrip sudah berusia ratusan tahun, sehingga rentan rusak dan sobek. (2) Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen tentang tata cara praktik deskripsi manuskrip, (3) Mahasiswa menerima lembar kerja dan contoh lembar kerja deskripsi naskah yang sudah diisi, sebagai panduan pengisian lembar kerja, dan (4) mahasiswa langsung praktik deskripsi naskah. Praktik berjalan lancar mengingat sebelum praktik, mahasiswa sudah menerima teori-teori mengenai deskripsi naskah.
Beberapa masukan dari dosen pengamat adalah: (1) Masing-masing siswa sudah mendapatkan manuskrip dan lembar kerja beserta contoh cara pengisiannya, (2) Pembimbingan pembacaan naskah sudah baik karena ada bimbingan setiap kali mahasiswa mengalami kesulitan dalam membaca manuskrip. (3) interaksi sudah baik dengan indikator bahwa mahasiswa yang berdekatan saling bertanya untuk menyelesaikan LKS. (4) Naskah sudah merupakan naskah pilihan sehingga kondisi fisiknya masih baik dan terbaca, (5) Dosen sudah mempersiapkan peralatan dan meminjamkan kepada mahasiswa yang tidak membawa, (6) Beberapa mahasiswa datang terlambat, (7) Kelas tenang, fokus pada tugas dan kondusif. Setting kelas melingkar dalam satu meja. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan Do dan See pada siklus III.



4.     Siklus IV
Seperti siklus yang sebelumnya, siklus ini juga diawali dengan Plan. Pembahasan difokuskan pada RPP dan lembar kerja mahasiswa, termasuk juga setting kelas. Kompetensi dasar yang digariskan yaitu: (1) Mahasiswa dapat memahami teori mengenai transliterasi secara umum, (2) Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis transliterasi, dan (3) Mahasiswa dapat mempraktikkan langkah kerja transliterasi metode diplomatik. Materi ini termasuk materi yang sulit karena membutuhkan ketelitian dan kejelian. Selain itu, mahasiswa juga harus faham mengenai teori-toeri transliterasi dengan baik, agar mampu membuat transliterasi yang tepat. Oleh karena itu, berdasarkan hasil diskusi, setting kelas pada pemberian teori dibuat memanjang seperti biasa, kemudian untuk latihan digunakan dua setting kelas. Latihan yang pertama dengan setting kelas awal, dan dicocokkan bersama-sama. Hal ini agar mahasiswa dapat berinteraksi terlebih dahulu dengan sesama mahasiswa. Kemudian latihan yang kedua adalah latihan mandiri, sehingga setting kelas diberi jarak satu kursi antara satu mahasiswa dengan mahasiswa yang lain.
Kegiatan yang dilakukan pada Do siklus IV adalah penjelasan mengenai: (1) manfaat metode diplomatik, (2) pengertian transliterasi, (3) jenis-jenis transliterasi, (4) transliterasi metode diplomatik, (5) transliterasi metode ortografi/ kritis/ standar, dan (6) membedakan antara transliterasi metode diplomatik dan ortografi. Selain penjelasan teori, mahasiswa juga melakukan praktik, walaupun belum menggunakan manuskrip asli. Dosen menyediakan soal kemudian mahasiswa praktik transliterasi metode diplomatik. Setelah itu hasil praktik dikoreksi dengan cara ditukarkan dengan mahasiswa lain. Do berlangsung serius namun santai. Dosen menerapkan games yaitu dengan pemberikan reward pulang terlebih dahulu kepada mahasiswa yang betul semua dalam mengerjakan latihan.
Hasil diskusi pada see siklus IV terlihat bahwa perlu adanya persiapan waktu agar siswa yang diperbolehkan pulang terlebih dahulu tidak mengganggu proses pengerjaan soal selanjutnya. Selain itu, dosen pengamat juga menyatakan: (1) persiapan kuliah lebih baik terbukti tidak ada mahasiswa yang terlambat. (2)  sudah ada tanya jawab dan penugasan yang intensif, (3) interaksi siswa dengan objek dan media belajar sudah baik dengan dipandu LKS, (3) PPT baik dan jelas, (4) Teknik evaluasi dengan sistem koreksi mandiri oleh sesama mahasiswa baik, karena dapat sebagai sarana memperdalam ketrampilan mahasiswa. Dosen mampu menumbuhkan semangat mahasiswa dalam mengerjakan soal. Siswa mengerjakan tugas transliterasi dengan serius karena termotivasi reward yang apabila telah selesai dan betul semua diperbolehkan pulang terlebih dahulu. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan Do dan See pada siklus IV.


5.     Siklus V
Plan pada siklus V ketika perencanaan pembelajaran membahas RPP, langkah-langkah pembelajaran, media, dan lain-lain yang akan digunakan dalam Do berikutnya. Perkuliahan direncanakan akan diselenggarakan di Balai Bahasa Yogyakarta. Jika dalam Do siklus IV, mahasiswa sudah mendapatkan teori transliterasi metode diplomatik, maka pada Do siklus V ini, mahasiswa akan melakukan praktik transliterasi dengan menggunakan manuskrip asli koleksi BBY. Beberapa masukan dalam Plan, yaitu: (1) dosen sebaiknya menegaskan mengenai waktu maksimal pengumpulan tugas, (2) dosen sebaiknya memberi arahan mengenai jumlah baris berdasarkan ukuran manuskrip A4 dan A5, (3) manuskrip perlu dipersiapkan lebih awal agar setiap mahasiswa tidak mendapatkan manuskrip yang sama, dan (4) perlu dipertegas agar kamera yang digunakan untuk mendokumentasikan naskah ber-pixel besar agar gambar yang dihasilkan tidak pecah.
Pelaksanaan Do dibagi dalam dua shift. Pelaksanaan Do diawali dengan penjelasan dosen mengenai praktik yang akan dilakukan. Penjelasan meliputi tagihan yang harus dipenuhi mahasiswa yaitu: (1) membuat pedoman transliterasi diplomatik, (2) membuat dokumentasi manuskrip dengan menggunakan kamera, (3) membuat transliterasi metode diplomatik minimal 5 baris untuk manuskrip berukuran A4 dan 10 baris untuk ukuran A5, (4) dosen memberikan batasan bahwa tugas dikumpulkan satu minggu setelah perkuliahan. Dosen menyediakan lembar kerja yang harus diisi mahasiswa seperti lembar kerja pedoman transliterasi diplomatik dan lembar kerja untuk menuliskan tugas dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil diskusi, didapatkan masukan dari dosen pengamat bahwa: (1) tanya jawab dosen dan mahasiswa sudah intensif. Mahasiswa langsung bertanya jika mendapat kesulitan dalam proses transliterasi, (2) Dosen seharusnya mengingatkan agar mahasiswa membawa pedoman transliterasi yang sudah dikerjakan pada kuliah minggu sebelumnya karena ada beberapa mahasiswa yang lupa membawa, sehingga harus meminjam kepada mahasiswa yang lain (3) siswa aktif mengamati dan membaca manuskrip, dan (4) media yang berupa naskah carik beraksara Jawa berbeda-beda antara mahasiswa yang satu dengan yang lain sehingga mahasiswa fokus pada naskah masing-masing. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan Do dan See pada siklus IV.



D. Kontribusi Lesson Study dalam Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran dalam Mata Kuliah Filologi Jawa II


1.     Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui Rekonstruksi Mata Kuliah
            Rekonstruksi mata kuliah dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki sistem perkuliahan secara keseluruhan dengan perbaikan-perbaikan pada silabus, bahan ajar, media, dan lain-lain. Dengan rekonstruksi mata kuliah sebagai awal kegiatan lesson study, diharapkan pembelajaran yang dilakukan benar-benar efektif dan berkualitas. Rekonstruksi mata kuliah yang dilakukan yaitu: Merevisi deskripsi mata kuliah dengan alasan: (1) deskripsi sebelum rekonstruksi terlalu umum dan kurang terfokus, (2) deskripsi overlap dengan deskripsi mata kuliah prasyarat Filologi Jawa I, dan (3) tidak terlihat secara jelas penambahan kompetensi dari mata kuliah prasarat sebelumnya. Revisi selanjutnya adalah pada kompetensi dan subkompetensi dasar. Alasan perubahan yaitu: (1) kompetensi dasar kurang operasional dan sulit terukur, dan (2) kompetensi dasar terlalu umum dan luas sehingga kurang fokus pada kompetensi yang akan dicapai.
            Perubahan juga dilakukan pada materi atau topik perkuliahan. Setelah dianalisis dengan metode analisis instruksional. Perubahan materi didasarkan pada: (1) terdapat materi yang overlap/ pengulangan materi pada mata kuliah prasyarat sebelumnya (Filologi Jawa I), dan terdapat materi yang terlalu kompleks (seharusnya masuk dalam materi kuliah Filologi Jawa III). Perubahan juga dilakukan pada strategi mata kuliah, dan media pembelajaran. Rekonstruksi juga dilakukan dalam evaluasi perkuliahan. Sebelumnya, evaluasi perkuliahan hanya dilakukan dengan tes tertulis dan tugas. Sesudah rekonstruksi, evaluasi dilakukan dengan Tes lisan, Tes tertulis, keterlibatan dalam presentasi dan diskusi, dan hasil lembar kerja mahasiswa. Bahan rujukan dan sumber bacaan juga diperbaharui agar lebih beragam dan up to date.

2.     Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui Pemantapan dan Diskusi Rencana Perkuliahan

Peningkatan kualitas pembelajaran juga dilakukan dengan cara perencanaan yang mantap dalam setiap langkah-langkah pembelajaran. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, terlebih dahulu dilakukan diskusi RPP, media pembelajaran, lembar kerja mahasiswa, evaluasi, sampai dengan setting kelas yang akan dipakai dalam pembelajaran. Masukan dari dosen pengamat digunakan sebagai modal untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran.

3.     Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ditengarai dari Efektivitas Pemanfaatan Waktu

Peningkatan kualitas pembelajaran juga terlihat dari ketepatan waktu memulai perkuliahan. Dosen dan mahasiswa tepat waktu untuk masuk kelas. Selain itu, mahasiswa yang tidak masuk juga berkurang. Bahkan ketika perkuliahan tidak berlangsung di FBS UNY, mahasiswa juga berusaha tepat waktu. Pada siklus III, mahasiswa yang terlambat sebanyak 10 orang, sedangkan pada siklus V tidak ada mahasiswa yang terlambat.

4.     Peningkatan Kualitas Pembelajaran dengan Keragaman Kegiatan, Media, dan Materi Perkuliahan

            Peningkatan kualitas pembelajaran juga dilakukan dengan melakukan variasi kegiatan perkuliahan. Kegiatan tidak hanya dilakukan dengan ceramah secara klasikal, tetapi juga dengan diskusi, dan kuis. Tugas praktik langsung juga dilakukan di lembaga yang mengkoleksi manuskrip Jawa. Sebelum penerapan lesson study, praktik hanya menggunakan salinan dan baru menggunakan manuskrip asli pada kuliah Filologi Jawa III. Media pembelajaran dalam mata kuliah ini juga diperbaiki dengan cara:
a.    dosen harus menyediakan lembar kerja mahasiswa agar mahasiswa lebih terarah dalam melakukan praktik,
b.     dosen menyediakan panduan praktik, dan
c.  digunakan manuskrip asli, bukan hanya salinan manuskrip. Agar kuliah dapat menggunakan manuskrip asli sebagai media pembelajaran, maka pada Siklus III dan V, perkuliahan dilaksanakan di BBY yang mempunyai koleksi manuskrip Jawa.
            Sumber materi perkuliahan pada kegiatan lesson study Filologi Jawa II juga ditingkatkan kualitasnya dengan cara:
a.     Mencari bahan rujukan atau sumber bacaan yang lebih up to date, terutama buku terbaru terkait Filologi. Misalnya buku yang terbit pada tahun 2015 (Fathurahman, Oman. 2015. Filologi Indonesia: Teori dan Metode. Jakarta: Kencana).
b.     Sumber bacaan tidak terbatas pada buku, tetapi juga mengambil bahan dari skripsi sebagai contoh garapan kajian filologi, dan
c.     Sumber rujukan dan bacaan tidak terbatas pada buku, tetapi juga mengambil bahan dari tesis, makalah-makalah seminar, dan jurnal-jurnal ilmiah.

5.     Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ditengarai dari Respon Positif Mahasiswa
Peningkatan kualitas pembelajaran juga dilihat dari tingginya respon positif mahasiswa dalam perkuliahan. Respon positif tersebut di antaranya dilihat dari: (1) meningkatnya animo mahasiswa untuk bertanya dan berdiskusi, baik dengan dosen maupun sesama mahasiswa, (2) meningkatnya prosentase kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan, (3) meningkatnya perhatian mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan, (4) berkurangnya mahasiswa yang terlambat masuk kelas, (5) meningkatnya kompetensi mahasiswa terbukti dengan meningkatnya pemerolehan nilai, dan (6) adanya respon positif mahasiswa berdasarkan angket yang disebarkan oleh dosen. Berikut ini bagan yang menggambarkan hasil angket yang disebarkan kepada mahasiswa.

Bagan 1: Respon Mahasiswa Peserta Lesson Study
          

Berdasarkan bagan di atas, dapat disimpulkan bahwa respon mahasiswa dalam mata kuliah Filologi Jawa II cukup positif. Sebanyak 100% mahasiswa menyatakan bahwa pembelajaran menarik dan menyenangkan. Kemudian 95% mahasiswa menyatakan bahwa dosen dan proses perkuliahan yang diadakan mudah dimengerti dan mampu mendorong serta memotivasi mahasiswa untuk belajar. Mahasiswa juga menuliskan bahwa 90% dari mereka terdorong untuk bekerja sama dengan teman. Bahkan 100% mahasiswa menyebutkan bahwa proses perkuliahan yang diadakan mampu mendorong kemandirian belajar. Mengenai media pembelajaran, 95% mahasiswa menyatakan media yang digunakan menarik, dan 100% menyatakan media yang digunakan memang membantu untuk memahami materi pembelajaran. Terkait dengan Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), 90% mahasiswa menyatakan bahwa bahan ajar dalam LKM membantu dalam belajar dan memberi tantangan belajar. Ditambahkan pula bahwa 80% mahasiswa menyatakan LKM mudah difahami. Sedangkan mengenai asesmen, 90% mahasiswa menyatakan asesmen dan evaluasi transparan serta instrumennya mudah difahami. Bahkan 100% mahasiswa menyatakan asesmen sudah seuai dengan materi yang diajarkan. Selain itu, 95% mahasiswa menyatakan bahwa soal-soal tes sudah sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dalam rencana perkuliahan.

6.     Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ditengarai dari Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa

Lesson study juga mampu meningkatkan nilai belajar mahasiswa. Melalui lesson study, jalannya pembelajaran dari rencana sampai evaluasi didiskusikan sehingga terkontrol dan terdokumentasi dengan baik. Tugas-tugas dikerjakan oleh mahasiswa, kemudian didiskusikan dan dikoreksi oleh dosen, selanjutnya direvisi oleh mahasiswa. Salah satu kompetensi mahasiswa yang mengalami kenaikan adalah kompetensi deskripsi naskah. Deskripsi adalah uraian secara terperinci mengenai keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah, untuk memlilih naskah mana yang baik untuk ditransliterasikan dan digunakan untuk perbandingan naskah itu (Djamaris, 1977: 25).
Pada awal praktik, terdapat beberapa kekurangan mahasiswa dalam mengerjakan tugas deskripsi naskah, yaitu: (1) penulisan judul dalam dan judul luar masih rancu. (2) deskripsi bahan, huruf, dan tinta belum terperinci, (3) manggala belum dideskripsikan dengan jelas, (4) belum dilengkapi dengan kutipan-kutipan, misalnya mengenai umur naskah dan teks, dan lain-lain. (5) belum mengutip bentuk-bentuk huruf dari dalam naskah untuk disajikan dalam deskripsi naskah. Mahasiswa kemudian kembali melakukan deskripsi. Pada pembuatan deskripsi yang pertama, rata-rata nilai mahasiswa sebesar 76,6 kemudian rata-ratanya meningkat menjadi 86,7. Oleh karena itu, mahasiswa sudah mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam praktik pendeskripsikan naskah sesuai dengan kaidah-kaidah filologi. Berikut ini grafik kenaikan nilai rata-rata mahasiswa.

Bagan 2: Peningkatan Nilai Rata-Rata Mahasiswa dalam Pendeskripsian Naskah

Selain kompetensi deskripsi naskah, nilai capaian untuk ketrampilan transliterasi metode diplomatik juga mengalami peningkatan. Baried (1994: 63) berpendapat bahwa transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari satu abjad ke abjad yang lain. Sedangkan transliterasi metode diplomatik adalah transliterasi dengan alih aksara apa adanya atau sama dengan naskah aslinya. Pada siklus IV lesson study, mahasiswa mempelajari tentang cara membuat transliterasi metode diplomatik. Kemudian pada siklus berikutnya, mahasiswa praktik terbimbing di BBY. Berdasarkan diskusi dengan antara dosen model dengan dosen pengamat, disimpulkan bahwa materi ini perlu ketelitian. Oleh karena itu, dosen harus memberikan revisi berkala agar mahasiswa betul-betul memiliki kompetensi membuat transliterasi dengan metode diplomatik.
Hasil pembelajaran awal menunjukkan nilai rata-rata yang dicapai mahasiswa dalam materi transliterasi metode diplomatik masih rendah, yaitu 61. Dosen kemudian melakukan praktik terbimbing, dan hasil pembelajaran mahasiswa meningkat rata-ratanya menjadi 83,21 pada siklus IV. Kemudian setelah dilakukan pembimbingan lanjutan, nilai rata-rata kembali meningkat menjadi 90,43. Beberapa kekurangan dalam hasil kerja mahasiswa dalam mengerjakan transliterasi metode diplomatik antara lain: (1) terdapat sebagian tanda-tanda baca dalam huruf Jawa yang tidak tertulis dalam pedoman transliterasi, (2) mahasiswa kurang teliti dalam melakukan transliterasi, sehingga beberapa tanda dan huruf dalam aksara Jawa tidak ditransliterasikan dalam aksara Latin, (3) mahasiswa salah dalam membaca aksara Jawa sehingga transliterasi yang dilakukan juga salah, (4) mahasiswa banyak melakukan kesalahan transliterasi dikarenakan adanya kesalahan dalam pemisahan kata. Mengingat sistem ejaan aksara Jawa yang bersifat scriptuo continuo (bersambung tanpa spasi). Kesalahan-kesalahan tersebut semakin berkurang dengan adanya proses pembimbingan yang dilakukan dalam siklus IV dan V. Berikut ini bagan yang menggambarkan peningkatan nilai mahasiswa dalam membuat transliterasi metode diplomatik.



Bagan 3: Peningkatan Nilai Rata-Rata Transliterasi Metode Diplomatik

E.    Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: (1) lesson study merupakan upaya kolaboratif yang memerlukan peran aktif mahasiswa dan dosen pengamat untuk saling bersinergi. Kerjasama ini ternyata mampu meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya mata kuliah Filologi Jawa II. (2) langkah-langkah peningkatan kualitas pembelajaran dalam lesson study ini dimulai dari rekonstruksi mata kuliah sampai dengan pembahasan RPP, media, materi, evaluasi, dan lain-lain. Setelah itu, perencanaan yang telah matang disepakati dan diimplementasikan dalam perkuliahan. Kemudian dilakukan evaluasi dalam proses see untuk melihat kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran. Hasil diskusi akan menjadi rekomendasi dan perhatian dalam siklus berikutnya.
Mengingat efektivitas lesson study dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, perlu kiranya untuk menerapkan lesson study secara berkelanjutan dan mandiri. Selain itu, baik fakultas maupun universitas sebaiknya semakin menggalakkan dan memfasilitasi kegiatan lesson study bagi dosen-dosen di lingkungannya.


F.   
Daftar Pustaka

Baried, Siti Baroroh. 1994. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.
Ding, Choo Ming. 2005. Projek Pemetaan Manuskrip Pribumi Nusantara. Kertas kerja Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara IX 2005. Anjuran Masyarakat Pernaskahan Nusantara, Keraton Buton, Sulawesi Tenggara, 5-8 Ogos.
Djamaris. 2002. Metode Penelitian Filologi. Jakarta: CV Manasco.
. 1977. “Filologi dan Cara Kerja Filologi”. Majalah Bahasa dan Sastra, 1, III, hlm. 20-33.
Doig, Briand dan Groves, Susie. 2011. Japanese Lesson Study: Teacher Professional Development through Communities of Inquiry dalam Journal Mathematics Teacher Education and Development Vol.13.1, hlm. 77-93.
Loir, H.C. dan Fathurahman, O. 1999. Khazanah Naskah: Panduan Koleksi Naskah Indonesia se-Dunia (Manuscript Treasures: World Guide to the Indonesian Collection Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Ecole Francaise d' Extreme Orient.
Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:  PT. Remaja Rosdakarya Offset.





Comments

  1. Semoga mata kuliah Filologi Jawa pada Prodi PBD dapat ditambah jumlahnya, karena Filologi Jawa adalah salah satu mata kuliah yang mengasah banyak keterampilan seperti membaca Aksara Jawa, Analisis manuskrip Jawa, dan ilmu bantu filologi lainnya.

    ReplyDelete
  2. Saya boleh ikut belajar aksara jawa yang dasar dulu, Bu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh-boleh. Tapi online dulu yaaa. Nanti gantian saya diajari aksara Bali.

      Delete
  3. Matur nuwun Ibu, sangat membantu menambah pengetahuan lebih dalam mempelajari filologi Jawa ☺️

    ReplyDelete
  4. senang menjadi bagian dari proyek ini

    ReplyDelete
  5. saya suka bu, terimaksih informasinya, sangat bermanfaat sekali. yang PR bagi kita semua adalah bagaimana orang jawa atau mahasiswa yang bukan jurusan jawa mengetahui sejarah bahasa nenek moyangnya...semangat untuk selalu melestarikan bahasa daerahh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa ... paling tidak di setiap daerah ada kebijakan untuk mengajarkan bahasa daerah masing-masing sebagai muatan lokal wajib. Apalagi di Sunda teh ... aksara Sunda keren dengan sejarah yang panjang

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

NASKAH DAN BAHAN NASKAH JAWA

KONTEKSTUALISASI HISTORIS BABAD PAKEPUNG: UPAYA PENEMPATAN BABAD SEBAGAI SUMBER SEJARAH REPRESENTATIF

WARNA ISLAM DALAM TEKS KLASIK LAYANG MURSADA PESISIRAN