PENINGKATAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN DALAM MATA KULIAH FILOLOGI JAWA II DENGAN IMPLEMENTASI LESSON STUDY
A.
Latar Belakang Masalah
Filologi adalah suatu ilmu yang objek
penelitiannya adalah manuskrip atau naskah-naskah lama (Djamaris, 2002: 3). Termasuk
di dalamnya manuskrip Jawa yang jumlahnya cukup besar. Manuskrip Jawa di dunia
tercatat berjumlah kurang lebih 19.000 buah (Chambert Loir dan Oman, 1999), dan kini
tersebar di 125 buah institusi di 22 buah negara (Ding, 2005). Oleh karena itu,
filologi menjadi cukup penting untuk diajarkan di Program Studi
Pendidikan Bahasa Jawa mengingat jumlah manuskrip Jawa yang cukup besar, dan
filologi merupakan pisau yang dapat menjadi alat untuk membedah
manuskrip-manuskrip tersebut. Manuskrip Jawa sebagai objek penelitian filologi,
merupakan warisan budaya yang dituliskan oleh nenek moyang bangsa Jawa yang
ditulis dengan menggunakan aksara daerah dengan bahan-bahan tradisional yang
ada pada masa itu. Aksara daerah yang digunakan dalam manuskrip Jawa adalah
aksara Jawa dan Pegon. Contoh manuskrip dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
|
Manuskrip Jawa mempunyai isi yang menggambarkan kearifan lokal, sistem pengetahuan, ilmu dan ngelmu yang merupakan hasil pemahaman masyarakat pada waktu itu terhadap alam. Mengingat pentingnya pengkajian suatu manuskrip, maka diperlukan pembelajaran mata kuliah Filologi Jawa yang berkualitas. Oleh karena itu, diperlukan dosen yang mampu mengajarkan disiplin ilmu tersebut dengan lebih baik dan profesional. Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas dosen adalah melalui program lesson study. Lesson study sebagai praktek pengembangan profesional dipandang lebih berhasil dibandingkan dengan sekedar praktek pembaharuan cara mengajar, perubahan kurikulum, penerapan teknologi baru, dan lain-lain (Ingvarson, Beavis, Uskup, Peck, dan Elsworth dalam Doig dan Droves, 2011: 78). Lesson study memang terbukti efektif karena dosen mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kompetensi profesional dengan cara yang kolaboratif. Dosen juga dapat langsung praktik dan belajar untuk merefleksi proses belajar mengajar. Praktik langsung merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan kemampuan mengajar.
Mengingat
efektivitas dan manfaat lesson study
bagi pengembangan profesionalisme dosen, maka Fakultas Bahasa dan Seni (FBS),
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), secara rutin menyelenggarakan lesson study. Untuk tahun anggaran 2015,
salah Program Studi (Prodi) di FBS UNY yang menyelenggarakan lesson study adalah Prodi Pendidikan
Bahasa Jawa dalam mata kuliah Filologi
Jawa II dengan kode PBD 224. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib
yang diajarkan mulai tahun 2009. Mata Kuliah Filologi Jawa II merupakan mata
kuliah lanjutan Filologi Jawa I, berbobot 2 SKS, dengan rincian 1 SKS teori dan
1 SKS praktek. Mata kuliah ini merupakan
mata kuliah wajib dengan prasyarat mata kuliah Filologi Jawa I. Mata kuliah ini
sekaligus prasyarat mata kuliah Filologi Jawa III.
Mata kuliah
Filologi Jawa II bertujuan
memberikan kompetensi kepada mahasiswa untuk dapat memahami teori mengenai
objek filologi secara luas, karakteristik filolologi Jawa dilihat dari
pernaskahan dan tekstologinya. Di samping itu juga memahami bahan dan alat tulis naskah Jawa,
katalogisasi, perunutan umur naskah dan teks, perbandingan naskah dan teks,
serta memahami metode kritik teks. Mata kuliah ini berpusat
kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa akan melakukan kegiatan diskusi, presentasi,
dan praktik. Pemberian teori melalui ceramah dilakukan untuk memberi pengantar,
apersepsi, petunjuk praktik, dan memandu diskusi. Evaluasi dilakukan melalui penilaian
presentasi, keaktifan dalam perkuliahan dan diskusi, penilaian praktik, tes tertulis, dan tugas.
Mata kuliah
Filologi Jawa II dianggap mata kuliah yang cukup sulit karena memerlukan
kompetensi yang kompleks, baik dari dosen maupun mahasiswa. Hal ini dikarenakan
sumber belajar merupakan manuskrip yang ditulis dengan menggunakan aksara dan
bahasa daerah. Oleh karena itu, mahasiswa harus mempunyai kemampuan untuk
menganalisis dan menerjemahkan teks kuna. Selain itu, mahasiswa juga harus
mempunyai kompetensi budaya dan sejarah yang cukup untuk dapat menempatkan
suatu teks dalam konteks situasi pada saat manuskrip tersebut ditulis. Selain
masalah di atas, hambatan lain yang dihadapi adalah kurang optimalnya
perkuliahan yang berlangsung, karena sumber pembelajaran tidak memadai. Hal ini
dikarenakan UNY tidak mempunyai koleksi manuskrip tulisan tangan, sehingga
selama ini pembelajaran tidak berjalan optimal. Hambatan lain yang dihadapi
adalah adanya keragaman input mahasiswa sehingga diperlukan teknik khusus agar
tidak ada kesenjangan kompetensi yang berakibat pada kurang optimalnya pembelajaran
yang dilakukan.
Berdasarkan uraian
masalah yang sudah disampaikan di atas, maka Lesson Study yang diterapkan pada mata kuliah ini bertujuan untuk:
(1) membuat rancangan pembelajaran yang lebih baik, mulai dari silabus, RPP,
media, lembar kerja mahasiswa, dan lembar evaluasi, (2) meningkatkan hasil
belajar mahasiswa, dan (3) meningkatkan kualitas pembelajaran dan respon
positif mahasiswa dalam perkuliahan.
B.
Metode
Lesson study dilaksanakan pada
mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jawa, kelas E dengan jumlah peserta 22 orang
mahasiswa.
Sedangkan tim lesson
study Prodi Pendidikan Bahasa Jawa adalah sebagai berikut.
Tim Lesson Study
Prodi Pendidikan Bahasa Jawa FBS UNY
No.
|
Nama
|
NIP
|
Jabatan
|
1.
|
Venny Indria Ekowati, M.Litt.
|
197912172003122003
|
Dosen Model
|
2.
|
Nurhidayati, M.Hum.
|
197806102001122002
|
Pengamat
|
3.
|
Avi Meilawati, M.A.
|
198305022009122003
|
Pengamat
|
4.
|
Sri Hertanti Wulan, M.Hum.
|
198407202010122005
|
Pengamat
|
5.
|
Afwaz Muhammad Afif
|
Mahasiswa
|
Sie Dokumentasi
|
6.
|
Santi Utami Nugroho
|
Mahasiswa
|
Sie Dokumentasi
|
Sumber dan jenis utama data adalah
kata-kata dan tindakan mahasiswa. Sumber data utama dicatat melalui catatan
tertulis oleh dosen pengamat dan juga melalui perekaman video dan foto
(Moleong, 2008: 157). Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi,
tes, dan kuesioner. Validitas data yang digunakan adalah perpanjangan
keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan pemeriksaan sejawat melalui diskusi
(Moleong, 2008: 327-333). Analisis data menggunakan teknik deskriptif.
Lesson study yang diterapkan
pada mata kuliah Filologi Jawa II ini menggunakan tiga tahapan yaitu Plan, Do, dan See. Setiap tahapan dihitung satu siklus. Penerapan oleh dosen
model dalam kuliah ini dilakukan dalam lima siklus. Plan merupakan tahap perencanaan. Dosen model bersama-sama dengan
observer mendiskusikan mengenai rancangan pembelajaran. Hasil revisi kemudian
diimplementasikan pada langkah kedua lesson
study yaitu Do. Pengamatan
dilakukan berdasarkan panduan pengamatan dan dititikberatkan pada aktivitas
mahasiswa. Baik aktivitas mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan materi
ajar, dan mahasiswa dengan dosen. Tahap ketiga adalah See yang merupakan refleksi dari proses pembelajaran yang sudah
dilakukan. Dosen model dan pengamat mengemukakan masalah-masalah yang masih
ditemui dalam proses pembelajaran, mendiskusikan, kemudian hasil diskusi
digunakan sebagai dasar perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya.
C.
Hasil
dan Pembahasan
1.
Siklus I
Plan
pada siklus I mencakup dua langkah yaitu: rekonstruksi mata kuliah secara
umum dan perencanaan siklus pertama.
Rekonstruksi Mata Kuliah
Peningkatan
kualitas pembelajaran melalui lesson
study diawali dengan perencanaan pembelajaran yang mantap. Sebelum lesson study diawali, dosen pengampu melakukan rekonstruksi mata kuliah. Rekonstruksi
merupakan upaya untuk mengevaluasi mata kuliah secara keseluruhan dengan cara
menyesuaikan berbagai hal sebagai upaya peningkatan kualitas perencanaan
pembelajaran. Rekonstruksi mata kuliah juga berguna agar sumber pembelajaran
serta perkuliahan selalu up to date dan
sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Plan-Do-See
Kegiatan berisi
diskusi seputar rencana pembelajaran, meliputi silabus, RPP (media, evaluasi,
bahan ajar, dan lain-lain), serta lembar kerja mahasiswa. Dosen model
menerangkan secara rinci mengenai deskripsi mata kuliah, silabus, gambaran
jalannya perkuliahan, serta alat dan sumber pembelajaran yang akan digunakan
dalam proses perkuliahan. Selain itu, dijelaskan pula mengenai deskripsi
mahasiswa yang mengikuti perkuliahan. Masukan yang diberikan oleh dosen
pengamat antara lain: (1) sebaiknya pembelajaran diformat dalam bentuk kelompok
agar interaksi antar mahasiswa lebih baik, (2) kelompok yang efektif maksimal beranggotakan
tiga orang, dengan deskripsi tugas yang jelas, (3) evaluasi dilakukan dengan
evaluasi proses, dan lain-lain. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan Plan pada siklus I.
|
Materi kuliah adalah inventarisasi manuskrip dengan sub materi (1) manfaat katalog, (2) manfaat inventarisasi (3) Pengertian inventarisasi, (4) pengertian studi katalog, (5) manfaat studi katalog, (6) macam-macam katalog naskah Jawa, (7) kategorisasi katalog, (8) pencarian naskah melalui indeks, (10) pencarian informasi melalui katalog, (11) praktik mencari judul suatu naskah melalui indeks, (12) Mahasiswa menyebutkan cara studi katalog dan mencari judul naskah melalui indeks, (13) Mahasiswa menyebutkan informasi-informasi yang didapatkan dalam katalog, dan (14) penugasan kepada mahasiswa untuk mencari katalog yang tersedia secara online. Baik katalog online di dalam maupun luar negeri. Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Evaluasi menggunakan evaluasi proses. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah: Dosen memberikan apersepsi yang dilanjutkan dengan ceramah dan diskusi. Mahasiswa kemudian praktik dengan menggunakan katalog yang sudah disediakan oleh dosen. Evaluasi pemahaman mahasiswa terhadap materi diukur dengan menggunakan lembar kerja mahasiswa yang berupa: (1) Lembar Kerja Inventarisasi melalui Studi Katalog, dan (2) Lembar Kerja Studi Katalog. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan Do pada siklus I.
Berdasarkan
diskusi dengan dosen pengamat didapatkan masukan sebagai berikut: (1) perlu
dibentuk kelompok dengan anggota lebih kecil agar lebih efektif, (2) sebaiknya
media pembelajaran dicek sebelum digunakan karena LCD mati sesudah digunakan
selama 25 menit, (3) Mahasiswa perlu diperingatkan agar tidak membawa buku yang
tidak terkait langsung dengan pembelajaran, (4) Mahasiswa perlu bimbingan dalam
proses tanya jawab kategorisasi karena materi agak sulit, (5) perlu evaluasi
mandiri dalam kelompok, (6) Mahasiswa memerlukan lebih banyak contoh yang
diperbesar tampilannya dalam LCD dan dirinci agar lebih jelas (7) Mahasiswa perlu
diberi arahan lebih lanjut tentang LS agar mahasiswa tidak tegang dan tidak
terganggu dengan kehadiran dosen pengamat.
Beberapa hal yang
sudah baik juga dikemukanan oleh pengamat, misalnya: (1) Mahasiswa aktif
menjawab pertanyaan dosen, (2) interaksi mahasiswa dengan media dan lembar
kerja sudah baik, dan (3) interaksi dalam kelompok baik. Masukan dari dosen
pengamat kemudian didiskusikan untuk perbaikan pada perkuliahan siklus
selanjutnya. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan See pada siklus I.
2.
Siklus II
Plan diisi dengan diskusi dan konfirmasi untuk Do yang kedua. Saran dari dosen pengamat yaitu kelas disetting
dalam bentuk kelompok agar mahasiswa dapat berdiskusi jika mengalami kesulitan
dalam praktik. Setelah Plan siklus
II, dilanjutkan dengan Do. Materi
pada Do siklus II ini adalah Deskripsi Naskah. Deskripsi naskah ialah
uraian atau deskripsi secara terperinci mengenai keadaan naskah dan sejauh mana
isi naskah, untuk memlilih naskah mana yang baik untuk ditransliterasikan dan digunakan
untuk perbandingan naskah itu (Djamaris, 1977: 25). Lebih lanjut Do dibagi menjadi dua kegiatan utama,
yaitu pemahaman teori dan praktik. Mahasiswa menerima penjelasan mengenai
pengertian, manfaat deskripsi naskah, hal-hal yang perlu dideskripsikan,
langkah-langkah, dan pemanfaatan katalog dalam deskripsi naskah. Mahasiswa juga
menerima lembar kerja deskripsi naskah yang masih kosong. Mahasiswa menerima
penjelasan tentang cara pengisian lembar kerja sesuai dengan kaidah penelitian
filologi. Setelah itu dilanjutkan dengan praktik pendeskripsian suatu naskah.
Kuliah ditutup dengan pemberian tugas. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan Do pada siklus II.
Hasil pembahasan
oleh dosen model dan pengamat, menghasilkan masukan sebagai berikut: (1)
beberapa mahasiswa masih berbicara sendiri dengan temannya, sehingga perlu
perhatian khusus pada beberapa mahasiswa yang memang tampak kurang konsentrasi,
mengobrol di luar topik, dan mengantuk, (2) Perlunya perhatian yang lebih
kepada mahasiswa yang belum terlibat dalam kegiatan kelompok, (3) naskah cetak
yang dibagikan sebagai media pembelajaran belum digunakan secara optimal dalam
pembelajaran (hanya untuk penugasan), (4) Perbaikan setting tempat duduk, karena di salah satu sisi tampak bertumpuk,
(5) Lebih diperhatikan pembagian waktu, karena evaluasi belum begitu tampak,
karena waktu tersita untuk menerangkan materi yang cukup banyak, dan (6)
Mahasiswa sebaiknya lebih banyak memperoleh penugasan kelompok agar interaksi
antarmahasiswa lebih intens.
Sedangkan
beberapa hal positif yang menjadi sorotan tim pengamat adalah: (1) mahasiswa sudah
aktif menanggapi PPT, (2) interaksi siswa dengan objek dan media belajar bagus,
(3) Mahasiswa sudah dipandu secara detail oleh dosen, (4) Tanya jawab sudah
jelas dan hidup. Dosen memberikan pertanyaan yang memancing konsentrasi siswa,
memberikan petunjuk, dan joke-joke
untuk membuat mahasiswa lebih bersemangat. Suasana kelas juga dipandang lebih
kondusif daripada Do 1. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan See pada siklus II.
|
3. Siklus III
Pembahasan plan mencakup diskusi RPP, lembar kerja,
dan rencana jalannya perkuliahan. Kuliah direncanakan akan diselenggarakan di Balai
Bahasa Yogyakarta (BBY) karena kuliah ini membutuhkan manuskrip asli tulisan
tangan, sedangkan UNY tidak memiliki koleksi manuskrip seperti tersebut di atas.
Beberapa hal yang mendapat penekanan dalam diskusi plan antara lain: (1) manajemen waktu, mengingat mahasiswa
memerlukan waktu untuk menuju ke BBY, (2) mahasiswa dibagi dalam 2 shift dikarenakan keterbatasan tempat
duduk di BBY. (3) Sebelum perkuliahan, dosen harus sudah mempersiapkan naskah
yang akan dipinjam oleh mahasiswa serta mengurus segala administrasi dan
perijinan dengan pihak BBY.
Do yang
diamati oleh dosen pengamat mengambil shift
yang kedua. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah: (1)
Mahasiswa menerima keterangan dari dosen tentang tata tertib peminjaman dan
cara memperlakukan manuskrip. Mengingat manuskrip sudah berusia ratusan tahun,
sehingga rentan rusak dan sobek. (2) Mahasiswa mendengarkan penjelasan dosen
tentang tata cara praktik deskripsi manuskrip, (3) Mahasiswa menerima lembar
kerja dan contoh lembar kerja deskripsi naskah yang sudah diisi, sebagai
panduan pengisian lembar kerja, dan (4) mahasiswa langsung praktik deskripsi
naskah. Praktik berjalan lancar mengingat sebelum praktik, mahasiswa sudah
menerima teori-teori mengenai deskripsi naskah.
Beberapa masukan
dari dosen pengamat adalah: (1) Masing-masing siswa sudah mendapatkan manuskrip
dan lembar kerja beserta contoh cara pengisiannya, (2) Pembimbingan pembacaan
naskah sudah baik karena ada bimbingan setiap kali mahasiswa mengalami kesulitan
dalam membaca manuskrip. (3) interaksi sudah baik dengan indikator bahwa mahasiswa
yang berdekatan saling bertanya untuk menyelesaikan LKS. (4) Naskah sudah
merupakan naskah pilihan sehingga kondisi fisiknya masih baik dan terbaca, (5)
Dosen sudah mempersiapkan peralatan dan meminjamkan kepada mahasiswa yang tidak
membawa, (6) Beberapa mahasiswa datang terlambat, (7) Kelas tenang, fokus pada
tugas dan kondusif. Setting kelas melingkar dalam satu meja. Berikut ini
dokumentasi pelaksanaan Do dan See pada siklus III.
4.
Siklus IV
Seperti siklus
yang sebelumnya, siklus ini juga diawali dengan Plan. Pembahasan difokuskan pada RPP dan lembar kerja
mahasiswa, termasuk juga setting kelas.
Kompetensi dasar yang digariskan yaitu: (1) Mahasiswa dapat memahami teori mengenai transliterasi secara umum, (2) Mahasiswa
dapat memahami jenis-jenis transliterasi, dan (3) Mahasiswa dapat mempraktikkan langkah kerja
transliterasi metode diplomatik. Materi ini termasuk materi yang sulit karena
membutuhkan ketelitian dan kejelian. Selain itu, mahasiswa juga harus faham
mengenai teori-toeri transliterasi dengan baik, agar mampu membuat
transliterasi yang tepat. Oleh karena itu, berdasarkan hasil diskusi, setting kelas pada pemberian teori
dibuat memanjang seperti biasa, kemudian untuk latihan digunakan dua setting kelas. Latihan yang pertama
dengan setting kelas awal, dan
dicocokkan bersama-sama. Hal ini agar mahasiswa dapat berinteraksi terlebih
dahulu dengan sesama mahasiswa. Kemudian latihan yang kedua adalah latihan
mandiri, sehingga setting kelas
diberi jarak satu kursi antara satu mahasiswa dengan mahasiswa yang lain.
Kegiatan yang dilakukan pada Do siklus IV adalah penjelasan mengenai:
(1) manfaat metode diplomatik, (2) pengertian
transliterasi,
(3) jenis-jenis transliterasi, (4) transliterasi metode diplomatik, (5)
transliterasi metode ortografi/ kritis/ standar, dan (6) membedakan antara
transliterasi metode diplomatik dan ortografi. Selain penjelasan teori,
mahasiswa juga melakukan praktik, walaupun belum menggunakan manuskrip asli.
Dosen menyediakan soal kemudian mahasiswa praktik transliterasi metode
diplomatik. Setelah itu hasil praktik dikoreksi dengan cara ditukarkan dengan
mahasiswa lain. Do berlangsung serius
namun santai. Dosen menerapkan games yaitu
dengan pemberikan reward pulang
terlebih dahulu kepada mahasiswa yang betul semua dalam mengerjakan latihan.
Hasil diskusi pada see siklus IV terlihat bahwa perlu adanya persiapan waktu agar
siswa yang diperbolehkan pulang terlebih dahulu tidak mengganggu proses
pengerjaan soal selanjutnya. Selain itu, dosen pengamat juga menyatakan: (1)
persiapan kuliah lebih baik terbukti tidak ada mahasiswa yang terlambat. (2) sudah ada tanya jawab dan penugasan yang intensif,
(3) interaksi siswa dengan objek dan media belajar sudah baik dengan dipandu
LKS, (3) PPT baik dan jelas, (4) Teknik evaluasi dengan sistem koreksi mandiri
oleh sesama mahasiswa baik, karena dapat sebagai sarana memperdalam ketrampilan
mahasiswa. Dosen mampu menumbuhkan semangat mahasiswa dalam mengerjakan soal.
Siswa mengerjakan tugas transliterasi dengan serius karena termotivasi reward yang apabila telah selesai dan
betul semua diperbolehkan pulang terlebih dahulu. Berikut ini dokumentasi
pelaksanaan Do dan See pada siklus IV.
5.
Siklus V
Plan pada siklus V ketika perencanaan pembelajaran
membahas RPP, langkah-langkah pembelajaran, media, dan lain-lain yang akan
digunakan dalam Do berikutnya.
Perkuliahan direncanakan akan diselenggarakan di Balai Bahasa Yogyakarta. Jika
dalam Do siklus IV, mahasiswa sudah
mendapatkan teori transliterasi metode diplomatik, maka pada Do siklus V ini, mahasiswa akan
melakukan praktik transliterasi dengan menggunakan manuskrip asli koleksi BBY. Beberapa
masukan dalam Plan, yaitu: (1) dosen
sebaiknya menegaskan mengenai waktu maksimal pengumpulan tugas, (2) dosen
sebaiknya memberi arahan mengenai jumlah baris berdasarkan ukuran manuskrip A4
dan A5, (3) manuskrip perlu dipersiapkan lebih awal agar setiap mahasiswa tidak
mendapatkan manuskrip yang sama, dan (4) perlu dipertegas agar kamera yang
digunakan untuk mendokumentasikan naskah ber-pixel besar agar gambar yang
dihasilkan tidak pecah.
Pelaksanaan Do dibagi dalam dua shift.
Pelaksanaan Do diawali dengan penjelasan
dosen mengenai praktik yang akan dilakukan. Penjelasan meliputi tagihan yang
harus dipenuhi mahasiswa yaitu: (1) membuat pedoman transliterasi diplomatik,
(2) membuat dokumentasi manuskrip dengan menggunakan kamera, (3) membuat
transliterasi metode diplomatik minimal 5 baris untuk manuskrip berukuran A4
dan 10 baris untuk ukuran A5, (4) dosen memberikan batasan bahwa tugas
dikumpulkan satu minggu setelah perkuliahan. Dosen
menyediakan lembar kerja yang harus diisi mahasiswa seperti lembar kerja pedoman
transliterasi diplomatik dan lembar kerja untuk menuliskan tugas dan
dokumentasi.
Berdasarkan
hasil diskusi, didapatkan masukan dari dosen pengamat bahwa: (1) tanya jawab
dosen dan mahasiswa sudah intensif. Mahasiswa langsung bertanya jika mendapat
kesulitan dalam proses transliterasi, (2) Dosen seharusnya mengingatkan agar
mahasiswa membawa pedoman transliterasi yang sudah dikerjakan pada kuliah
minggu sebelumnya karena ada beberapa mahasiswa yang lupa membawa, sehingga
harus meminjam kepada mahasiswa yang lain (3) siswa aktif mengamati dan membaca
manuskrip, dan (4) media yang berupa naskah carik beraksara Jawa berbeda-beda
antara mahasiswa yang satu dengan yang lain sehingga mahasiswa fokus pada
naskah masing-masing. Berikut ini dokumentasi pelaksanaan Do dan See pada
siklus IV.
D. Kontribusi Lesson Study dalam Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran dalam Mata Kuliah Filologi Jawa II
1.
Peningkatan
Kualitas Pembelajaran melalui Rekonstruksi Mata Kuliah
Rekonstruksi mata kuliah dilakukan
sebagai upaya untuk memperbaiki sistem perkuliahan secara keseluruhan dengan
perbaikan-perbaikan pada silabus, bahan ajar, media, dan lain-lain. Dengan rekonstruksi
mata kuliah sebagai awal kegiatan lesson
study, diharapkan pembelajaran yang dilakukan benar-benar efektif dan
berkualitas. Rekonstruksi mata kuliah yang dilakukan yaitu: Merevisi deskripsi mata
kuliah dengan alasan: (1) deskripsi sebelum rekonstruksi terlalu umum dan
kurang terfokus, (2) deskripsi overlap dengan
deskripsi mata kuliah prasyarat Filologi
Jawa I, dan (3) tidak terlihat secara jelas penambahan kompetensi dari mata
kuliah prasarat sebelumnya. Revisi selanjutnya adalah pada kompetensi dan
subkompetensi dasar. Alasan perubahan yaitu: (1) kompetensi dasar kurang
operasional dan sulit terukur, dan (2) kompetensi dasar terlalu umum dan luas sehingga
kurang fokus pada kompetensi yang akan dicapai.
Perubahan juga dilakukan pada materi
atau topik perkuliahan. Setelah dianalisis dengan metode analisis
instruksional. Perubahan materi didasarkan pada: (1) terdapat materi yang overlap/ pengulangan materi pada mata
kuliah prasyarat sebelumnya (Filologi Jawa I), dan terdapat materi yang terlalu
kompleks (seharusnya masuk dalam materi kuliah Filologi Jawa III). Perubahan
juga dilakukan pada strategi mata kuliah, dan media pembelajaran. Rekonstruksi
juga dilakukan dalam evaluasi perkuliahan. Sebelumnya, evaluasi perkuliahan
hanya dilakukan dengan tes tertulis dan tugas. Sesudah rekonstruksi, evaluasi
dilakukan dengan Tes lisan, Tes tertulis, keterlibatan dalam presentasi dan
diskusi, dan hasil lembar kerja mahasiswa. Bahan rujukan dan sumber bacaan juga
diperbaharui agar lebih beragam dan up to
date.
2.
Peningkatan
Kualitas Pembelajaran melalui Pemantapan dan Diskusi Rencana Perkuliahan
Peningkatan
kualitas pembelajaran juga dilakukan dengan cara perencanaan yang mantap dalam
setiap langkah-langkah pembelajaran. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, terlebih
dahulu dilakukan diskusi RPP, media pembelajaran, lembar kerja mahasiswa,
evaluasi, sampai dengan setting kelas
yang akan dipakai dalam pembelajaran. Masukan dari dosen pengamat digunakan
sebagai modal untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran.
3.
Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Ditengarai dari Efektivitas Pemanfaatan Waktu
Peningkatan
kualitas pembelajaran juga terlihat dari ketepatan waktu memulai perkuliahan.
Dosen dan mahasiswa tepat waktu untuk masuk kelas. Selain itu, mahasiswa yang
tidak masuk juga berkurang. Bahkan ketika perkuliahan tidak berlangsung di FBS
UNY, mahasiswa juga berusaha tepat waktu. Pada siklus III, mahasiswa yang
terlambat sebanyak 10 orang, sedangkan pada siklus V tidak ada mahasiswa yang
terlambat.
4.
Peningkatan
Kualitas Pembelajaran dengan Keragaman Kegiatan, Media, dan Materi Perkuliahan
Peningkatan kualitas pembelajaran
juga dilakukan dengan melakukan variasi kegiatan perkuliahan. Kegiatan tidak
hanya dilakukan dengan ceramah secara klasikal, tetapi juga dengan diskusi, dan
kuis. Tugas praktik langsung juga dilakukan di lembaga yang mengkoleksi
manuskrip Jawa. Sebelum penerapan lesson
study, praktik hanya menggunakan salinan dan baru menggunakan manuskrip
asli pada kuliah Filologi Jawa III. Media pembelajaran dalam mata kuliah ini
juga diperbaiki dengan cara:
a. dosen harus menyediakan lembar kerja mahasiswa
agar mahasiswa lebih terarah dalam melakukan praktik,
b. dosen
menyediakan panduan praktik, dan
c. digunakan
manuskrip asli, bukan hanya salinan manuskrip. Agar kuliah dapat menggunakan
manuskrip asli sebagai media pembelajaran, maka pada Siklus III dan V,
perkuliahan dilaksanakan di BBY yang mempunyai koleksi manuskrip Jawa.
Sumber
materi perkuliahan pada kegiatan lesson
study Filologi Jawa II juga ditingkatkan kualitasnya dengan cara:
a. Mencari
bahan rujukan atau sumber bacaan yang lebih up
to date, terutama buku terbaru terkait Filologi. Misalnya buku yang terbit
pada tahun 2015 (Fathurahman, Oman. 2015. Filologi
Indonesia: Teori dan Metode. Jakarta: Kencana).
b. Sumber
bacaan tidak terbatas pada buku, tetapi juga mengambil bahan dari skripsi sebagai contoh garapan kajian
filologi, dan
c. Sumber
rujukan dan bacaan tidak terbatas pada buku, tetapi juga mengambil bahan dari
tesis, makalah-makalah seminar, dan jurnal-jurnal ilmiah.
5.
Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Ditengarai dari Respon Positif Mahasiswa
Peningkatan
kualitas pembelajaran juga dilihat dari tingginya respon positif mahasiswa
dalam perkuliahan. Respon positif tersebut di antaranya dilihat dari: (1)
meningkatnya animo mahasiswa untuk bertanya dan berdiskusi, baik dengan dosen
maupun sesama mahasiswa, (2) meningkatnya prosentase kehadiran mahasiswa dalam
perkuliahan, (3) meningkatnya perhatian mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan,
(4) berkurangnya mahasiswa yang terlambat masuk kelas, (5) meningkatnya
kompetensi mahasiswa terbukti dengan meningkatnya pemerolehan nilai, dan (6)
adanya respon positif mahasiswa berdasarkan angket yang disebarkan oleh dosen.
Berikut ini bagan yang menggambarkan hasil angket yang disebarkan kepada
mahasiswa.
Bagan
1: Respon Mahasiswa Peserta Lesson Study

Berdasarkan bagan di atas, dapat disimpulkan bahwa respon
mahasiswa dalam mata kuliah Filologi Jawa
II cukup positif. Sebanyak 100% mahasiswa menyatakan bahwa pembelajaran
menarik dan menyenangkan. Kemudian 95% mahasiswa menyatakan bahwa dosen dan
proses perkuliahan yang diadakan mudah dimengerti dan mampu mendorong serta
memotivasi mahasiswa untuk belajar. Mahasiswa juga menuliskan bahwa 90% dari
mereka terdorong untuk bekerja sama dengan teman. Bahkan 100% mahasiswa
menyebutkan bahwa proses perkuliahan yang diadakan mampu mendorong kemandirian
belajar. Mengenai media pembelajaran, 95% mahasiswa menyatakan media yang
digunakan menarik, dan 100% menyatakan media yang digunakan memang membantu
untuk memahami materi pembelajaran. Terkait dengan Lembar Kerja Mahasiswa
(LKM), 90% mahasiswa menyatakan bahwa bahan ajar dalam LKM membantu dalam
belajar dan memberi tantangan belajar. Ditambahkan pula bahwa 80% mahasiswa
menyatakan LKM mudah difahami. Sedangkan mengenai asesmen, 90% mahasiswa
menyatakan asesmen dan evaluasi transparan serta instrumennya mudah difahami.
Bahkan 100% mahasiswa menyatakan asesmen sudah seuai dengan materi yang
diajarkan. Selain itu, 95% mahasiswa menyatakan bahwa soal-soal tes sudah
sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dalam rencana perkuliahan.
6.
Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Ditengarai dari Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa
Lesson study juga
mampu meningkatkan nilai belajar mahasiswa. Melalui lesson study, jalannya pembelajaran dari rencana sampai evaluasi
didiskusikan sehingga terkontrol dan terdokumentasi dengan baik. Tugas-tugas
dikerjakan oleh mahasiswa, kemudian didiskusikan dan dikoreksi oleh dosen,
selanjutnya direvisi oleh mahasiswa. Salah satu kompetensi mahasiswa yang
mengalami kenaikan adalah kompetensi deskripsi naskah. Deskripsi adalah uraian
secara terperinci mengenai keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah, untuk
memlilih naskah mana yang baik untuk ditransliterasikan dan digunakan untuk
perbandingan naskah itu (Djamaris, 1977: 25).
Pada awal praktik,
terdapat beberapa kekurangan mahasiswa dalam mengerjakan tugas deskripsi naskah,
yaitu: (1) penulisan judul dalam dan judul luar masih rancu. (2) deskripsi
bahan, huruf, dan tinta belum terperinci, (3) manggala belum dideskripsikan
dengan jelas, (4) belum dilengkapi dengan kutipan-kutipan, misalnya mengenai
umur naskah dan teks, dan lain-lain. (5) belum mengutip bentuk-bentuk huruf
dari dalam naskah untuk disajikan dalam deskripsi naskah. Mahasiswa kemudian
kembali melakukan deskripsi. Pada pembuatan deskripsi yang pertama, rata-rata
nilai mahasiswa sebesar 76,6 kemudian rata-ratanya meningkat menjadi 86,7. Oleh
karena itu, mahasiswa sudah mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam praktik pendeskripsikan
naskah sesuai dengan kaidah-kaidah filologi. Berikut ini grafik kenaikan nilai
rata-rata mahasiswa.
Bagan
2: Peningkatan Nilai Rata-Rata Mahasiswa
dalam Pendeskripsian Naskah
Selain kompetensi
deskripsi naskah, nilai capaian untuk ketrampilan transliterasi metode
diplomatik juga mengalami peningkatan. Baried (1994: 63) berpendapat bahwa
transliterasi adalah penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari satu
abjad ke abjad yang lain. Sedangkan transliterasi metode diplomatik adalah
transliterasi dengan alih aksara apa adanya atau sama dengan naskah aslinya.
Pada siklus IV lesson study,
mahasiswa mempelajari tentang cara membuat transliterasi metode diplomatik.
Kemudian pada siklus berikutnya, mahasiswa praktik terbimbing di BBY.
Berdasarkan diskusi dengan antara dosen model dengan dosen pengamat,
disimpulkan bahwa materi ini perlu ketelitian. Oleh karena itu, dosen harus
memberikan revisi berkala agar mahasiswa betul-betul memiliki kompetensi
membuat transliterasi dengan metode diplomatik.
Hasil pembelajaran
awal menunjukkan nilai rata-rata yang dicapai mahasiswa dalam materi
transliterasi metode diplomatik masih rendah, yaitu 61. Dosen kemudian
melakukan praktik terbimbing, dan hasil pembelajaran mahasiswa meningkat
rata-ratanya menjadi 83,21 pada siklus IV. Kemudian setelah dilakukan
pembimbingan lanjutan, nilai rata-rata kembali meningkat menjadi 90,43.
Beberapa kekurangan dalam hasil kerja mahasiswa dalam mengerjakan transliterasi
metode diplomatik antara lain: (1) terdapat sebagian tanda-tanda baca dalam
huruf Jawa yang tidak tertulis dalam pedoman transliterasi, (2) mahasiswa
kurang teliti dalam melakukan transliterasi, sehingga beberapa tanda dan huruf
dalam aksara Jawa tidak ditransliterasikan dalam aksara Latin, (3) mahasiswa
salah dalam membaca aksara Jawa sehingga transliterasi yang dilakukan juga
salah, (4) mahasiswa banyak melakukan kesalahan transliterasi dikarenakan
adanya kesalahan dalam pemisahan kata. Mengingat sistem ejaan aksara Jawa yang
bersifat scriptuo continuo (bersambung
tanpa spasi). Kesalahan-kesalahan tersebut semakin berkurang dengan adanya
proses pembimbingan yang dilakukan dalam siklus IV dan V. Berikut ini bagan
yang menggambarkan peningkatan nilai mahasiswa dalam membuat transliterasi
metode diplomatik.
Bagan
3: Peningkatan Nilai Rata-Rata Transliterasi
Metode Diplomatik
E.
Kesimpulan
dan Saran
Berdasarkan
pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: (1) lesson study merupakan upaya
kolaboratif yang memerlukan peran aktif mahasiswa dan dosen pengamat untuk
saling bersinergi. Kerjasama ini ternyata mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran khususnya mata kuliah Filologi Jawa II. (2) langkah-langkah
peningkatan kualitas pembelajaran dalam lesson
study ini dimulai dari rekonstruksi mata kuliah sampai dengan pembahasan
RPP, media, materi, evaluasi, dan lain-lain. Setelah itu, perencanaan yang
telah matang disepakati dan diimplementasikan dalam perkuliahan. Kemudian
dilakukan evaluasi dalam proses see untuk
melihat kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran. Hasil diskusi akan
menjadi rekomendasi dan perhatian dalam siklus berikutnya.
Mengingat
efektivitas lesson study dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran, perlu kiranya untuk menerapkan lesson study secara berkelanjutan dan
mandiri. Selain itu, baik fakultas maupun universitas sebaiknya semakin
menggalakkan dan memfasilitasi kegiatan lesson
study bagi dosen-dosen di lingkungannya.
F.
Daftar
Pustaka
Baried,
Siti Baroroh. 1994. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta.
Ding, Choo Ming. 2005. Projek Pemetaan Manuskrip Pribumi
Nusantara. Kertas kerja Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara IX 2005.
Anjuran Masyarakat Pernaskahan Nusantara, Keraton Buton, Sulawesi Tenggara, 5-8
Ogos.
Djamaris. 2002. Metode Penelitian Filologi. Jakarta: CV
Manasco.

Doig,
Briand dan Groves, Susie. 2011. Japanese Lesson Study: Teacher Professional
Development through Communities of Inquiry dalam Journal Mathematics Teacher Education and Development Vol.13.1,
hlm. 77-93.
Loir, H.C. dan Fathurahman, O. 1999. Khazanah
Naskah: Panduan Koleksi Naskah Indonesia se-Dunia (Manuscript Treasures: World
Guide to the Indonesian Collection Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan
Ecole Francaise d' Extreme Orient.
Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Sangat membntu 🙏
ReplyDeleteSemoga mata kuliah Filologi Jawa pada Prodi PBD dapat ditambah jumlahnya, karena Filologi Jawa adalah salah satu mata kuliah yang mengasah banyak keterampilan seperti membaca Aksara Jawa, Analisis manuskrip Jawa, dan ilmu bantu filologi lainnya.
ReplyDeleteBisa diusulkan.
DeleteSaya boleh ikut belajar aksara jawa yang dasar dulu, Bu?
ReplyDeleteBoleh-boleh. Tapi online dulu yaaa. Nanti gantian saya diajari aksara Bali.
DeleteMatur nuwun Ibu, sangat membantu menambah pengetahuan lebih dalam mempelajari filologi Jawa ☺️
ReplyDeleteTerima kasih. Ikuti posting selanjutnya yaa
Deletesenang menjadi bagian dari proyek ini
ReplyDeleteTeringat masa itu. Belum ada covid. Rindu bertemu
Deletesaya suka bu, terimaksih informasinya, sangat bermanfaat sekali. yang PR bagi kita semua adalah bagaimana orang jawa atau mahasiswa yang bukan jurusan jawa mengetahui sejarah bahasa nenek moyangnya...semangat untuk selalu melestarikan bahasa daerahh
ReplyDeleteIyaaa ... paling tidak di setiap daerah ada kebijakan untuk mengajarkan bahasa daerah masing-masing sebagai muatan lokal wajib. Apalagi di Sunda teh ... aksara Sunda keren dengan sejarah yang panjang
Delete